PENDAMPINGAN ANEMIA PADA REMAJA DAN PERSIAPAN MENGHADAPI MENARCHE DI SMP TRI SUKSES NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN
Dalam upaya meningkatkan kesehatan ibu tentu tidak dimulai saat seorang wanita hamil saja. Diperlukan persiapan seorang remaja yang sehat agar menjadi ibu yang sehat. Remaja yang sehat diawali dengan pra pubertas yang sehat pula. Saat ini Indonesia sedang giat melaksanakan penanggulangan stunting. Stunting diawali oleh seorang ibu hamil yang tidak sehat dan mengalami kekurangan energy protein dan anemia sejak remaja.
Data hasil Riskesdas tahun 2018 remaja putri mengalami anemia yaitu 48,9%, dengan proporsi anemia ada di kelompok umur 15-24 tahun dan 25-34 tahun. Faktor yang menyebabkan tingginya angka kejadian anemia pada remaja diantaranya rendahnya asupan zat besi dan zat gizi lainnya misalnya vitamin A, vitamin C, folat, riboflavin dan vitamin B12, kesalahan dalam konsumsi zat besi misalnya konsumsi zat besi bersamaan dengan zat lain yang dapat mengganggu penyerapan zat besi tersebut.
Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Menurut WHO,remaja adalah individu berusia 12 sampai 24 tahun yang belum menikah dan masih tergantung pada orang tua. Remaja didefinisikan sebagai pertumbuhan, transisi dan perkembangan anak secara fisik,mental dan emosional mulai dari usia rata-rata 12-20 tahun (Ismainar, 2016). Permulaan masa remaja ditandai dengan perubahan fisik, hormonal, psikologis dan sosial yang signifikan berhubungan dengan mencapai kematangan seksual. Salah satu proses kematangan seksual adalah datangnya menarche, didefinisikan sebagai siklus menstruasi pertama, perdarahan menstruasi pertama (Santrock, 2017).
Menarche adalah lapisan dinding rahim yang mengalami pembusukan atau menstruasi yang mengandung pembuluh darah dan pertama kali dialami oleh remaja putri pada masa pubertas (Baharudin, 2019). Menarche dapat memiliki keunikan fisiologis dan psikologis pada gadis remaja, memengaruhi persepsi mereka tentang realitas kehidupan baik pada masa remaja maupun dewasa. Menarche biasanya terjadi antara usia 12 tahundan 14 tahun. Remaja dalam menghadapi menarche akan memberikan perbedaan tanggapan keduanya, baik tanggapan negatif dan positif. Respon negatif yang ditunjukkan oleh anak yang mengalami menarche adalah kecemasan, kebingungan, ketidakpastian, ketidaknyamanan sehingga akan memengaruhi anak dalam menghadapi menstruasi pertama. (Gaikwad, 2018). Ketidaktahuan dan kurangnya informasi tentang menarche juga salah satunya penyebab kecemasan pada remaja dalam menghadapi menstruasi pertamanya.
Di negara berkembang, sebagian masyarakat masih menganggap informasi tentang menarche sebagai hal yang tabu, dan masih ada budaya diam dan keyakinan atau persepsi negatif yang diturunkan dari generasi ke generasi. Oleh karena itu, pemberian informasi dan pendidikan diperlukan untuk menciptakan kesiapan menghadapi menarche sehingga anak perempuan dapat melewati masa pertama dan selanjutnya siklus haid lancar. Problematika kaum remaja dapat terjadi sehubungan dengan adanya perbedaan kebutuhan (motif) dan aktualisasi dari kemampuan penyesuaian diri (adaptasi) remaja terhadap lingkungan tempat hidupnya dan tumbuh berkembang sebagai seorang pribadi manusia dan makhluk sosial. Masa transisi ini merupakan masa yang kritis bagi remaja, disaat muncul keinginan lepas mandiri dari ketergantungan orang tua, rasa ingin tahu yang berlebihan dan mulai rentan terhadap perilaku beresiko.
- Alfiah, E., Yusuf, A. M., & Puspa, A. R. (2021). Status Anemia dan Skor Diet Quality Index (DQI) pada Remaja Putri di SMP Ibnu Aqil, Bogor. JURNAL Al-AZHAR INDONESIA SERI SAINS DAN TEKNOLOGI, 6(1), 16–22.
- Andriastuti, M., Ilmana, G., Nawangwulan, S. A., & Kosasih, K. A. (2020). Prevalence of anemia and iron profile among children and adolescent with low socio-economic status. International Journal of Pediatrics and Adolescent Medicine, 7(2), 88–92.
- Atmaka, D. R., Ningsih, W. I. F., & Maghribi, R. (2020). Dietary intake changes in adolescent girl after iron deficiency anemia diagnosis. Health Science Journal of Indonesia, 11(1), 27–31.
- Basith, A., Agustina, R. and Diani, N., 2017. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada remaja putri. Dunia Keperawatan: Jurnal Keperawatan dan Kesehatan, 5(1), pp.1-10.
- Budiarti, A., Anik, S. and Wirani, N.P.G., 2021. Studi Fenomenologi Penyebab Anemia Pada Remaja Di Surabaya. Jurnal Kesehatan Mesencephalon, 6(2).
- Cholifah, N., Rusnoto, R., Himawan, R., & Trisnawati, T. (2020). Hubungan Siklus Menstruasi Dan Indek Massa Tubuh (IMT) Dengan Kejadian Anemia Pada Remaja Di Smk Islam Jepara. Jurnal Ilmu Keperawatan Dan Kebidanan, 11(2), 302–307.
- Estri, B. A., & Cahyaningtyas, D. K. (2021). Hubungan IMT Dengan Kejadian Anemia Pada Remaja Putri DI SMAN 2 Ngaglik Kabupaten Sleman. JKM (Jurnal Kesehatan Masyarakat) Cendekia Utama, 8(2), 192–206.
- Gambir, J., Jaladri, I., Sari, E. M., & Kurniasari, Y. (2021). A nutrition diary-book effectively increase knowledge and adherence of iron tablet consumption among adolescent female students. Jurnal Gizi Dan Dietetik Indonesia (Indonesian Journal of Nutrition and Dietetics), 8(2), 87–92.
- Hermanto, R. A., Kandarina, B. J. I., & Latifah, L. (2020). Hubungan Antara Status Anemia, Tingkat Aktivitas Fisik, Kebiasaan Sarapan Dan Depresi Pada Remaja Putri Di Kota Yogyakarta. Media Gizi Mikro Indonesia, 11(2), 141–152.
- Herwandar, F. R., & Soviyati, E. (2020). Perbandingan Kadar Hemoglobin Pada Remaja Premenarche Dan Postmenarche Di Desa Ragawacana Kecamatan Kramatmulya Kabupaten Kuningan Tahun 2018. Jurnal Ilmu Kesehatan Bhakti Husada: Health Sciences Journal, 11(1), 71–82.
- Nasruddin, H., Syamsu, R.F. and Permatasari, D., 2021. Angka kejadian anemia pada remaja di indonesia. Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia, 1(4), pp.357-364.